Polemik Puyer

Sabtu, Februari 14, 2009 Leave a Comment

Beberapa hari ini, salah satu stasiun TV swasta selalu menayangkan tentang polemik puyer. Sebagai seorang ibu.. tentu saja saya sangat khawatir sekali. Bila anak sakit, sudah tentu dokter anak selalu memberikan obat salah satunya puyer. Hal ini mungkin dilakukan oleh dokter supaya anak mudah untuk menelan obat yang diberikan. Akan tetapi.. permasalahannya tidak hanya gampang meminumkannya?? melainkan prosedur dalam peracikannya. Wah... takut juga ya... Cari tahu yuk lebih lanjut tentang peracikan puyer.


Sempatkah Anda berpikir risiko interaksi obat yang digerus dengan obat yang sudah menempel lama di mangkok itu. Bayangkan pula jika ternyata obat yang menempel itu ternyata sangat berbahaya jika tercampur dengan obat yang akan digerus.

Sebenarnya, penggerusan obat dengan menggunakan mortar ini memang dinilai sudah sesuai prosedur. Tapi anehnya, proses ini masih dirasa kurang ringkas dan merepotkan. Ada praktek salah satu dokter umum yang meracik obat dengan menggunakan mesin blender.

Memang tidak ada aturan penggunaan blender dilarang atau tidak dalam meracik obat. Tapi sejumlah ahli farmasi mengkhawatirkan stabilitas jenis obat tertentu jika kontak dengan logam mesin blender.

Berikut ini adalah sejumlah sisi negatif dan bahaya puyer:
  1. Bentuk pengobatan tidak rasional
  2. Tidak sesuai dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
  3. Rentan Polifarmasi
  4. Proses peracikan tidak higienis
  5. Potensi Human Error sangat besar
  6. Stabilitas obat terganggu
  7. Sejumlah jenis obat mudah rusak jika digerus
  8. Kemungkinan terjadi toksid atau jamur
  9. Ketepatan takaran diragukan
  10. Sebagian bubuk terbuang
  11. Resiko kontaminasi tinggi
Kalau begini, gimana ya solusinya??

Sumber: okezone.com

22 komentar »

  • Anonim said:  

    Wah banyak juga sisi negatif dari puyer ya. Apa kabar bun?

  • Anonim said:  

    hueeekkk...mbak aku paling gak suka minum puyer dari dulu sampe sekarang

  • Anonim said:  

    wah...kadang selain puyer juga sering human error kasih obat sampe salah gitu ya kebangetan...nyawa buat mainan ya gak bund???

  • masichang said:  

    gimana kalau back to nature aja bunda. kita cari obat-obatan alam yg masih alami.

  • Anonim said:  

    Sebagai bunda harus lebih jeli melihat resep dokter. Trus cari pengetahuan sebanyak mungkin bun.

    Batuk pilek, no antibiotic.
    Muntah mencret, before antibiotic, lbh OK kl tes tinja dulu. Trus muntah mencret jgn dimampetin dulu dengan obat krn reaksi itu reaksi tubuh buat mengeluarkan penganggu. De el el.

    Trus soal pembuatan puyer di apotek, sebenarnya kontaminan diminimalisasi dengan pengusapan mortar dan alu dengan alcohol 70%. Tp still, semuanya tergantung yg mengerjakan juga, penyimpanan peralatan de el el.

    Ujung2nya? Kembali kepada keputusan ortu kok.

    Dokter juga manusia toh. Manusia tidak luput dari salah. Jadi, ortu harus lebih pandai memilah yang tepat buat anaknya.

  • Unknown said:  

    Untung nilai kimiaku waktu sma sangat jelek, coba kalu nggak mungkin aku jadi tukang dokter atau tukang apotik (bukan tukang akuntan)
    Lhaa kalau minum obat 3 sekaligus kan obatnya nyapur juga kan di perut?
    Isu itu sudah lama saya baca

  • Unknown said:  

    gwa setuju banget klo puyer dilarang kasian anak2nya bukannya sembuh malah perkembangannya bisa terganggu

  • phiena-venus said:  

    Jadi gimana dong, tiap dr anak rata2 bikin resep puyer.

  • Anonim said:  

    Waa bingung ni menghadapi polemik seperti ini.
    Pokoknya ikhtiar aj dulu deh kali yaa, setelah itu kita lihat hasilnya apakah membaik atau tidak...

    Peace, frizzy.
    manusia yg keseringan pasrah karena banyak gak ngertinya...

  • Anonim said:  

    oalah kita kedokter mau sembuh,, koq ya malah membahayakan..hehe

  • Anonim said:  

    mengapa koq baru sekarang ya kita umek soal puyer? Padahal, jujur, kita ini juga generasi puyer. So, anak-anak kita mari diselamatkan dari puyer atau apapun yg mengancam masa depannya. (Ih, wakguru serius amat...!)

  • Anonim said:  

    jangankan anak2..istri saya aja klo minum obat yg bentuknya tablet atau kapsul gak bisa...hi3x

  • MGYP said:  

    Tiap datang ke dokter anak, pasti dikasihnya puyer! Bingung juga sih Bund! Satu sisi kita pingin si kecil cepet baikan, sisi lain puyer byk efek negatifnya.
    Tapi kalo cuma flu atau batuk, saya tidak bawa ke dokter. Kalau udah parah, baru dibawa ke dokter!
    Yang penting di rumah sedia obat turun panas, diare, dan flu!

  • Penny said:  

    pusing mikirin hal ini...
    berarti nanti alternatifnya di kasih sirup kali ya untuk anak kecil???

  • Anonim said:  

    aduh baru tw tuh...mesti hati2 kayaknya...thanks ya infonya...

  • Anonim said:  

    yang salah bukan puyernya...

    tapi yang ngeracik kadang ga bener..

  • Anonim said:  

    sebenernya tidak ada masalh dengan obat puyer..
    obat puyer merupakan salah satu alternatif bentuk sediaan obat yang mudah digunakan khususnya bagi anak-anak,,dan pasien yang sulit menelan jika diberikan bentuk sediaan tablet....

    mungkin hanya saja prosedur dalam peracikan obat puyerlah yang kurang diperhatikan dan diawasi sehingga tidak sesuai dengan CPOB...

    oleh karena itu saya setuju dengan usul pemerintah yang mengatakan bahwa dalam suatu apotek,, peran apoteker dalam mengawasi dan menjaga mutu serta kenyamanan dan keamanan pasien dalam pemberian obat perlu di tingkatkan... sehingga pasien dapat langsung berkonsultasi dengan apoteker...
    karena dalam hal ini apoteker merupakan mitra yang sejajar dengan dokter yang berperan penting dalam menjamin hak pasien...

    semoga di waktu2 yang mendatang tidak ada lagi kekhawatiran para ibu untuk memberikan obat puyer terhadap ank2nya...

  • Anonim said:  

    sy seorang apoteker, menurut sy gpp kok anak-anak dikasih puyer, justru dosisx lebih tepat, lebih murah. kan ad anak-anak yang gk bisa nelan tablet, gk suka dg sediaan sirup krn terlalu manis, jadi puyer salah satu alternatifx. cuma, cara pembuatanx aj yg harus ad SOP/Protapx. mulai dari screening resep, klo memang ad masalah misalx ad interaksi obat, kan bisa dikonsultasikan dengan dokter penulis resep, nanti dicari jalan keluarx supaya resep yang ditulis itu bisa rasional. trs mortir dan stamperx juga harus sll dibersihkan, jgn kaya yg di rcti itu.....

  • Anonim said:  

    kalo yang ditayangin di TV adalah proses peracikan yang salah, tolong di-praktekan peracikan puyer yang tepat dong.. trus liat brapa lama waktu yang dibutuhin untuk nyediin satu macam obat buat anak.. hehe.. sekedar penasaran aj..

  • Anonim said:  

    sebenarnya yang ada pada tayangan salah satu tv swasta itu ada yang kurang. Apa yang kurang?tidak mewawancarai seorang apoteker.Semua hanya melihat dari sudut pandang seorang dokter saja,padahal banyak dokter yang tidak tau bagaimana mekanisme pembuatan obat dan pola interaksi antar senyawa obat.Apoteker tahu dan seharusnya tau bagaimana cara dan prosedur pembuatan obat,dalam hal ini puyer.Memang ada obat yang kandungan kimianya berinteraksi namun ada yang tidak,maka dari itu peran seorang apoteker adalah disini,yaitu bagaimana meracik obat dengan prosedur yang baik dan benar.Sedang masalah dosis itu tergantung setiap individu.Dalam sebuah apotek,seharusnya ada seorang apoteker yang bertanggung jawab atas peracikan dan pelayanan obat terhadap masyarakat.Sedangkan masalah takaran obat yang tepat itu adalah suatu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang apoteker.Karena dalam ilmu meracik obat itu memiliki standar tersendiri yaitu salah satunya aman,manjur,higienis dan takaran dosis yang tepat.Maaf bila kata-kata saya di atas ada yang menyinggung,namun ada baiknya bila mendengar pendapat dari seorang apoteker,karena salah satu tugas seorang apoteker adalah melayani informasi tentang obat kepada masyarakat.terimakasih.

  • Anonim said:  

    anak2 saya minum obat puyer...ga ada masalah tuh...:)
    di klinik tempat anak2 saya berobat,obat diracik dihadapan saya :)

  • pecinta eRRor said:  

    jadi tambah sayang ma kmu ndoro...

  • Leave your response!